Minggu, April 27, 2008

REFERENSE AVIAN INFLUENZA A ( H5NI ) DI INDONESIA

  1. REFERENSE AVIAN INFLUENZA A ( H5NI ) DI INDONESIA

    I. PENGERTIAN
    Flu burung ( avian influenza ) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas.
    Virus influenza terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa starin, antara lain HINI dan lain - lain.
    Influenza A ( H5NI ) merupakan penyebab wabah flu burung di Hongkong, Vietnam, Thailand dan Jepang. Di Vietnam dan Thailand juga menyerang pada manusia dengan 8 kasus diantaranya meninggal.


    II. DEFENISI KASUS
    1. Suspek Flu burung
    Seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam ( temp > 38 oC ) batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan :
    a. seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit klb flu burung atau
    b. kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dengan masa penularan atau
    c. bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung

    2 Kasus probable
    Kasus suspek disertai salah satu keadaan
    a. bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A ( H5NI ), missal : Tes HI yang menggunakan antigen H5NI, atau
    b. dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia / gagal pernafasan / meninggal, atau
    c. terbukti tidak terdapat penyebab lain

    3. kasus konfirmasi
    a. kultur virus influenza H5NI positif, atau
    b. PCR influenza ( H5 ) positif atau
    c. Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

    III. GEJALA KLINIS
    Gejala klinis yang ditemui adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan diparu - paru ( pneumonia ), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.


    IV. ETIOLOGI
    Saat ini strain yang paling virulen yang menyebabkan flu burung adalah strain H5NI. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit ( oleh influenza A H5NI ) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 oC dan lebih dari 30 hari pada 0 oC. Didalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60 oC selama 30 menit.

    V. MASA INKUBASI
    Masa inkubasi virus influenza ini adalah 1 - 3 hari

    VI. SUMBER DAN CARA PENULARAN
    Flu burung ( H5NI ) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia. Penularannya melaui udara yang tercemar virus tersebut yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang menderita sakit flu tersebut.
    Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. Dan belum terbukti adanya penularan pada manusia melalui daging yang dikonsumsi. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung ( H5NI )ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.

    VII. PENYEBARAN
    Flu burung telah menyebar diberbagai belahan dunia, antara lain :
    ¨ Tahun 1997, Avian Influenza A ( H5NI ) menyerang ayam dan manusia di Hongkong. Ini adalah pertama kali terjadinya penularan langsung dari unggas ke manusia, dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan 6 orang diantaranya meninggal.
    ¨Tahun 1999, kasus Avian Influenza A ( H9N2 ) terjadi pada 2 anak tanpa kematian di Hongkong.
    ¨Tahun 2003 ;
    § Ditemukan 2 kasus di Hongkong dungeon satu diantaranya meninggal. Kedua kasus ini mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A ( H5NI )
    § Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A ( H7N7 ).
    § Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong Virus yang ditemukan Avian Influenza A ( H9N2 ).
    ¨ Tahun 2004 ;
    Ditemukan 8 kasus dungeon 6 kematian di Vietnam dan 3 kasus dungeon 2 kematian di Thailand. Virus yang ditemukan Avian Influenza A ( H5NI ).
    ¨ Hingga tanggal 28 Januari 2004, di Indonesia belum ditemukan kasus flu burung ( H5NI ) yang menyerang manusia.

    VIII.UPAYA PENCEGAHAN
    Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan secret unggas, dengan tindakan sebagai berikut :
    1) Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung ( masker, kaca mata renang )
    2) Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam / di bakar ) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
    3) Alat - alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan disenfektan
    4) Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
    5) Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80 oC selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64 oC selama 5 menit
    6) Melaksanakan kebersihan lingkungan
    7) Melakukan kebersihan diri.


    TINDAKAN KEWASPADAAN ( PRECAUTIONS ) YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PETUGAS LINI DEPAN

    Pasien dengan flu burung bisa datang ketempat pelayanan pada tahapan yang berbeda
    ¨ Ketika kemungkinan penularan tinggi, atau
    ¨ Sebelum penyebab penyakit spesifik diketahui

    Karena petugas kesehatan tidak selalu dapat mengetahui apakah pasien dalam keadaan infeksius atau tidak, maka Kewaspadaan Standart perlu diterapkan terhadap semua pasien yang datang. Semua petugas ( dokter, perawat, bidan dan tenaga penunjang lainnya )khususnya yang bertugas di ruang Triase harus melaksanakan :
    Ø Mencuci tangan untuk mencegah penularan dari orang ke orang atau dari bahan terkontaminasi ke orang ( uraian rinci lihat Annex 1 )
    Ø Memakai Alat Perlindungan Perorangan ( APP ) - uraian rinci lihat Annex 2 :
    ¨ Memakai sarung tangan sebelum menyentuh :
    § Segala sesuatu yang basah seperti kulit Luka, selaput lendir, darah dan cairan tubuh lain, atau
    § Instrumen yang kotor, bahan sampah terkontaminasi, atau
    § Sebelum melakukan prosedur infasif
    ¨ Menggunakan Masker dan respirator / N95
    ¨ Memakai APP lain ( kaca pelindung, gaun, apron ) bila mungkin terjadi cipratan cairan tubuh ( sekresi dan ekskresi )

    Ø Memakai prosedur yang direkomendasikan untuk memproses instrumen, sarung tangan dan item lain pasca pakai dungeon melakukan dekontaminasi, mencuci bersih, sebelum sterilisasi atau DTT ( desinfeksi tingkat tinggi ). Uraian rinci lihat Annex 3.
    Ø Membuang bahan sampah terkontaminasi secara aman untuk melindungi petugas kebersihan dan mencegah timbulnya luka atau penyebaran infeksi ke masyarakat.
    Urain rinci Annex 4.

    MANAJEMEN KASUS SUSPEK ATAU PROBABLE FLU BURUNG

    Fasilitas pelayanan kesehatan lini depan kemungkinan akan menerima pasien yang termasuk dalam salah satu kategori berikut ini :
    a. Pasien menunjukkan gejala mirip dengan gejala awal flu burung tetapi tidak memenuhi kreteria kasus suspek flu burung
    b. Pasien yang memenuhi kriteria kasus suspek flu burung
    c. Pasien yang memenuhi kriteria kasus probable flu burung dalam menangani kasus tersebut fasilitas kesehatan lini depan perlu mempersiapkan Ruang Triase dan Prosedur Transfer pasien ke RS rujukan.

    1. Ruang Triase
    ¨ Ruang triase adalah ruang secara khusus di persiapkan untuk di persiapkan untuk menerima dan menangani kasus suspec atau probable flu burung. Di unit ini lini depan ruang ini dapat juga berpungsi sebagai ruang tunggu sebelum kasus tersbut di pidahkan kerumah sakit rujukan. Untuk rumah sakit rujukan,ruang ini berpungsi untuk isolasi sementara sebelum pasien di kirim kan ke ruang isolasi di RS.
    ¨ Prinsip kewaspadaan standar harus harus secara ketat di laksanakan di laksanakan di ruang triase mengingat besarnya potensi penularan bagi petuga
    ¨ Karakteristik ruang triase.
    a. jumlah petugas harus seminimal mungkin.harus tersedia daftar yang bertugas yang selalu di perbaharui / update setiap penggantian shift ini termasuk nama dokter yang terlibat.
    b. Tersedia alat perlindungan perorangan yang dapat segera digunakan bila diperlukan.
    c. Ruangan mudah dibersihkan / di dekontaminasi termasuk perabotan yang digunakan.
    d. Tersedia wadah atau ember plastik tertutup untuk dekontaminasi sarung tangan dan peralatan.
    e. Tersedia wadah anti bocor untuk pembuangan sampah / limbah.
    f. Tersedia fasilitas cuci tangan dan pengering ( lebih disukai kertas tisu sekali pakai )
    g. Tersedia cairan untuk dekontaminasi ( klorin 0,5% yang baru, alcohol )
    h. Tanda larangan pasien meludah atau membuang dahak kelantai.


¨Prosedur diruang Triase
Bila hasil pengisian daftar tilik sampai pada kesimpulan bahwa pasien termasuk dalam kategori kasus suspek atau probable flu burung maka pasien perlu ditransfer, lakukanlah hal - hal berikut :

Sebelum Transfer
1)Beritahu kepada pasien dan keluarganya tentang kondisi pasien secara sopan dan memberikan dukungan.
2)Berikan Masker respirator kepada pasien, petugas kesehatan juga harus memakai masker. Bila pasien mengalami kesulitan bernafas dungeon masker, petugas dan anggota keluarga harus memakai masker.
3)Sedapat mungkin ambil jarak lebih dari 1 meter dari pasien. Minta keluarga untuk melakukan hal serupa
4)Bila kondisi pasien mengharuskan di lakukan prosedur tertentu, petugas harus menggunakan alat perlindungan peroangan secara lengkap.
5)Sambil menunggu proses teransper,petugas harus melakukan :
a. Mengidentipikasi orang - orang yang melakukan kontak erat dungeon pasien lihat depeinisi kontak erat )
b. Menghubungi tim infeksi di rumah sakit terdekat yang ditunjuk untuk menangani flu burung dan memberitahukan transfer pasien.
c. Mempersiapkan transfer dungeon bekerjasama dungeon tim ambulans yang ditunjuk maupun anggota keluarga ( lihat transportasi ).
d. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai flu burung dan langkah - langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi penyebarannya. Berikan asuhan / perawatan segera apabila timbul gejala.

6. Melaporkan adanya kasus kepada tim infeksi flu burung
7. Pindahkan pasien keruang isolasi bila ruang ini terpisah dari ruang triase
8. Walaupun tangan tidak tampak kotor, petugas tetap harus menggunakan antiseptik tangan sebelum melepas masker.

Setelah transfer
1) Lap dan bersihkan semua permukaan yang mungkin telah tersentuh pasien dengan larutan klorin 0,5%.
2) Gunakan sarung tangan rumah tangga ( utility gloves ) untuk melindungi tangan pada waktu melakukan pembersihan.

2. Prosedur Transfer Pasien
Transfer kasus flu burung atau probable flu burung hendaknya :
¨ Tidak menggunakan kendaraan umum untuk memindahkan pasien kasus flu burung apalagi probable flu burung
¨ Sebaiknya gunakan ambulans
¨ Sebagai alternatif, dapat menggunakan kendaraan pribadi

Unit pelayanan kesehatan tersebut harus menjamin bahwa hal - hal berikut terpenuhi :
¨ Menunjuk Tim Transfer kasus flu burung ( supir dan paramedik ) Rumah Sakit
¨ Orientasi mengenai kewaspadaan standar kepada tim ambulance ( tim transfer kasus flu burung + petugas maintenance + petugas kebersihan )
¨ Protap yang jelas tentang sebelum dan sesudah transfer kasus suspek flu burung
¨ Protap untuk pengawasan dan kepatuhan
¨ Persiapan dibawah ini berlaku untuk penanganan kasus suspek flu burung. Bagi kasus probable flu burung perlu ditambah dengan Alat Perlindungan Perorangan yang lengkap.

Persiapan sebelum transfer
¨ Koordinasi dungeon Tim flu burung
¨ Periksa dokumen transfer dan verifikasi petunjuk khusus yang ada
¨ Periksa ketersediaan antiseptik tangan ( campuran alkohol 60 - 90% dungeon gliserin )
¨ Periksa kerapatan tubuh wadah / tempat pembuangan sampah yang terkontaminasi
¨ Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dungeon handuk, atau dengan antiseptik tangan
¨ Pakai perlengkapan pelindung pribadi / Barier Protektif ( Masker / Respiratio dan sarung tangan bersih )
¨ Periksa apakah pasien dan pendampingnya memakai masker / resirator

Setelah transfer
¨ Ada 2 pilihan :
§ Setelah serah terima pasien, semua peralatan yang digunakan diserahkan ke RS rujukan untuk dilakukan proses dekontaminasi selanjutnya.
Ambulans dibersihkan pada saat ditempat RS rujukan dan kembali ke institusi awal dalam keadaan sudah didekontaminasi.
§ Semua peralatan dibawa kembali ke institusi awal, dalam hal ini selalu proses dekontaminasi harus dilakukan di institusi asal.
¨ Proses melepaskan peralatan :
§ Lepas sarung tangan dan langsung dibuang kedalam wadah untuk sampah / limbah terkontaminasi
§ Lepas masker / respirator dengan hati - hati tanpa menyentuh mulut, mata, atau hidung kemudian langsung dibuang ke dalam wadah / tempat untuk limbah / sampah terkontaminasi
§ Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian dikeringkan dengan handuk, dan gunakan antiseptik tangan sebagai pengganti cuci tangan.
¨ Proses dekontaminasi ambulans
§ Buang sampah / limbah yang terkontaminasi ke dalam tempat yang sudah disediakan
§ Bersihkan semua permukaan datar bagian dalam maupun luar kendaraan dengan larutan klorin 0,5% sebelum kembali ke unit pelayanan kesehatan asal
Dalam hal terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, beritahu dan ajari pengemudi / pemilik kendaraan untuk memperhatikan kewaspadaan standar selama tahap transfer sesuai ketentuan diatas.

Sabtu, April 26, 2008

Low Back Pain (LBP)

1. Low Back Pain (LBP)
LBP adalah nyeri didaerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). Gejala yang dirasakan pada orang yang menderita LBP bermacam-macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga kelemahan pada tungkai.

2. Penyebab
Menurut Rice (2002) Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, rematik.

Kekakuan dan Spasme Otot
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik seperti pada saat mengangkat benda yang berat, saat mengikat tali sepatu, bahkan saat batuk atau bersin dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung. Kekakuan otot menyebabkan trauma punggung hingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

Osteoartritis
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelentutan otot-ototnya menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti waktu muda.Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.

Fibromyalgia
Fibromyalgia adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kaku pada otot pada daerah ujung tendon, khususnya pada daerah punggung dan leher. Nyeri akan lebih berat dirasakan apabila penderita tidak melakukan aktivitas apa-apa. Nyeri akan berkurang ketika penderita melakukan aktivitas.

Scoliosis
Scoliosis merupakan kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan LBP. Scoliosis juga terjadi pada anak-anak dimana penyebabnya tidak diketahui. Scoliosis pada orang dewasa didapat dari riwayat scoliosis saat kecil yang tidak diobati.

Rematik
Rematik merupakan gangguan akut dan kronik karena adanya inflamasi dan kekakuan pada sendi. Jika kekakuan terjadi pada daerah punggung maka nyeri akan menyebar yang pada akhirnya penderita mengalami LBP.

3. Faktor Resiko Terjadinya LBP

Sikap Tubuh Yang Salah
Kebanyakan orang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sering melupakan masalah posisi tubuh. Sikap tubuh yang baik sangat penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal. Juga membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif, di samping itu menyumbang kesehatan secara menyeluruh. Tidak hanya itu postur yang baik ternyata juga pencegah terbaik agar postur tidak jadi buruk. Kalau sikap tubuh tidak baik, selain tulang-tulang jadi tidak lurus, otot-otot, ruas, serta ligamen (jaringan pengikat sendi) pun akan tertarik lebih keras. Sikap yang tidak baik juga memicu cepat lelah, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit.

Banyak orang yang menderita sakit punggung ternyata bermula dari kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ-organ vital, khususnya di daerah perut ikut terpengaruh. Yang tak kalah penting postur tubuh yang baik juga membuat penampilan menjadi memikat sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Duduk dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan LBP. Bekerja dengan komputer, bekerja di pabrik, dipasar, dirumah, tukang jahit, sopir, tukang sayur, murid sekolah juga tidak terlepas aktivitasnya dilakukan dengan duduk yang lama.

Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan bertumpu pada bokong (the free dictionary, 2006). Duduk dapat dimanfaatkan untuk beristirahat jika dalam posisi dan jangka waktu yang tepat. Dibanding dengan berdiri, duduk memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh design kursi. Idealnya kursi yang baik adalah yang dapat mendukung postur tubuh pada saat duduk. Pada mahasiswa, design kursi yang terkadang menjadi problema tersendiri karena pada kenyataannya postur tubuh mahasiswa yang berbeda-beda sehingga sulit untuk di design kursi yang benar-benar mengakomodasi kebutuhan mahasiswa.

Berbagai pendapat telah dikemukakan tentang posisi duduk yang ergonomis ketika duduk dikursi atau ditempat lain. Duduk dengan sudut sederhana yaitu tungkai ditekuk dengan sudut 90o dengan kaki bertumpu pada lantai (lihat lampiran 1), posisi ini telah dipertimbangkan sebagai postur yang baik pada saat duduk ((Hemmings & Hemming, 1989). Mandal (1981) mendukung posisi duduk yang disarankan Hemmings dan juga mengusulkan posisi yang lain yaitu duduk dengan posisi bantal duduk miring kebawah dengan sudut 45o dengan paha miring dan tungkai tegak lurus (lihat lampiran 2). Grandjean dan Hunting (1977) mengemukakan alternatif posisi duduk yang lain disarankan dengan bantal duduk miring keatas dengan sudut 14o untuk mengurangi tekanan pada otot (lihat lampiran 3).

Samara (2004), mengemukakan bahwa posisi duduk baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat mengakibatkan LBP. Penelitian yang dilakukan Klooch (2006) mengidentifikasi ada hubungan yang bermakna antara duduk lama saat proses pembelajaran dengan LBP. Penelitian tersebut dilakukan dilakukan terhadap murid sekolah menengah atas di Skandinavia yang usianya masih sangat muda. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 41,6 % murid menderita nyeri pinggang bawah selama duduk di kelas. Terdiri dari 30 % yang duduk selama satu jam, dan 70 % yang duduk lebih dari satu jam menderita nyeri pinggang bawah.

Obesitas
Berat badan yang berlebihan akan menyebabkan tumpukan lemak yang lebih banyak sehingga tekanan pada tulang belakang menjadi lebih besar yang dapat meningkatkan resiko terjadinya LBP.

Kehamilan
LBP pada saat hamil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelemahan otot-otot abdomen karena kehamilan. Selain itu pada masa pertengahan kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gravitasi ibu hamil berubah mengakibatkan postur ibu berubah sehingga dapat mengakibatkan LBP.

SAKIT DAN PRILAKU SAKIT

SAKIT DAN PRILAKU SAKIT

PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Derajat kesehatan merupakan hasil interaksi dari empat faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor prilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan dan faktor prilaku mempunyai peranan yang besar disamping faktor pelayanan kesehatan.
Kebanyakan masyarakat awam mengartikan sehat sebagai keadaan tubuh yang enak, nyaman, gembira, dan dapat melakukan kegiatan sehari - hari, sedangkan sakit sebagai keadaan tubuh mengalami gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak enak, tidak nyaman dan sebagainya. Konsep sehat sakit ini berlaku sama bagi anak maupun orang dewasa, hanya gejalanya yang mungkin berbeda. Gejala sakit pada anak ditandai dengan tingkah laku gelisah, rewel, sering menangis, tidak nafsu makan dan pucat, sedangkan pada orang dewasa ditandai dengan lesu, demam, tidak dapat melakukan kegiatan sehari - hari dan sebagainya.

SAKIT DAN PENYAKIT
Pengertian sakit ( ilness ) berkaitan dengan gangguan psikososialyang dirasakan manusia. Sedangkan penyakit ( disease ) berkaitan dengan gangguan yang terjadi pada organ manusia.
Sakit belum tentu karena penyakit, akan tetapi selalu mempunyai relevansi psiko - sosial . Hubungan antara sakit dan penyakit dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel . Hubungan antara Sakit dan Penyakit


Penyakit Sakit
Tidak Ya
Tidak a c
Ya b d

Keterangan :
(a) Menggambarkan keadaan seseorang yang secara klinik berpenyakit dan tidak merasakan sakit.
(b) Menggambarkan keadaan seseorang yang secara klinik berpenyakit, tetapi tidak merasakan sakit.
(c) Menggambarkan keadaan seseorang yang secara klinik tidak berpenyakit, tetapi merasakan sakit ( gangguan psikososial ).
(d) Menggambarkan keadaan seseorang yang se4cara klinik berpenyakit dan merasakan sakit

Menurut Bernstein, reaksi emosional umum orang sakit meliputi : (a) reaksi emosional langsung yang berkaitan dengan sakit dan pengobatan, yaitu takut, cemas, merasakan gangguan, serta frustasi karena kehilangan kesenangan dan kemampuan, (b) reaksi ynag berkaitandengan pengalaman sebelum atau selama sakit, yaitu marah, ketergantungan, dan rasa bersalah, (c) komplikasi karena depresi dan kehilangan harga diri.

Persepsi dan reaksi terhadap gangguan sakit juga dipengaruhi oleh sex, ras, pendidikan, kelas ekonomi dan latar belakang budaya. Wanita lebih mudah sakit dibanding pria, dengan hipotesis wanita mempunyai threshold nyeri dan ketidak nyamanan lebih rendah. Wanita lebih banyak mencaripengobatan dan menggunakan obat penenang dibandingkan pria. Wanita kelas sosial atas lebih banyak melakukan pengobatan sendiri dan kelas sosial bawah melakukan pengobatan medis, berlawanan dengan kelas sosial pria.
Orang merasakan gangguan sakit, memberi nama pada gangguan, dan melakukan tindakan terhadap gangguan, tergantung pada orang tersebut ingin sakit atau tidak, ingin mencari pengobatan atau tidak , ingin mematuhi pengobatan atau tidak, serta pikiran, perasaan, dan keyakinan terhadap sakit, pengobatan dan profesi kesehatan. Semua pengalaman ini mempengaruhi pengambilan keputusan berobat dan prilaku sehat dimasa depan.


Prilaku sakit
Prilaku sakit mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan, mendefenisikan, menginterpretasikan gangguan, serta mencari pengobatan yang tepat. Sedangkan prilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang sehat untuk mencegah atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.
Gangguan dapat diinterprestasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras ; atau gejala flu pada cuaca mendung ; atau penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit kronis. Interpretasi berbeda akan menyebabkan tindakan pengobatan yang berbeda. Prilaku sakit merupakan fungsi dari pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu, proses informasi dan proses kognitif.
Menurut Parsons, prilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai orang sakit, yaiti : orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit , dikecualikan dari tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar segera sembuh. Menurut Cockerham, meskipun konsep Parsons tersebut berguna untuk memahami peran sebagai orang sakit, namun tidak terlalu tepat untuk : menerangkan variasi prilaku sakit, dipakai pada penyakit kronis, keadaan dan situasi yang mempengaruhi hubungan pasien - dokter, atau untuk menerangkan prilaku sakit masyarakat kelas bawah. Juga menurut Meile, konsep Parsons tersebut tidak cocok dipakai pada orang sakit jiwa.

KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut : (a) Pengertian sakit berkaitan dengan gangguan psikososial yang dirasakan manusia, berbeda dengan pengertian penyakit. (b) Perilaku sakit dipengaruhi oleh sex, ras, pendidikan , kelas ekonomi dan latar belakang budaya, dan mempunyai dampak sosial. (c) Gangguan yang sama pada situasi atau oleh orang yang berlainan dapat diinterpretasikan berbeda., sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan dan pemilihan sumber pengobatan.

Jumat, April 18, 2008

Hal-hal dasar yang harus dikuasai oleh perawat

Vital Sign (Tanda-Tanda Penting) :
Tekanan darah (TD)
WHO (World Health Organization), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin.

NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam), memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut :
Pria, usia <> 30/90 mmHg
Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg
Pada wanita tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan hipertensi


Ahli penyakit dalam lain, Gordon H Williams, mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :
Tensi sistolik:
- <140 : Normal
- 140 – 159 : Normal tinggi
- >159 : Hipertensi sistolik tersendiri
Tensi diastolik :
- <85 : Normal
- 85 - 89 : Normal tinggi
- 90 –104 : Hipertensi ringan
- 105 – 114 : Hipertensi sedang
- >115 : Hipertensi berat

National Institute of Health, lembaga kesehatan nasional di Amerika mengklasifikasikan Sebagai berikut :
Tekanan Sistolik:
- < 119 mmHg : Normal
- 120 – 139 mmHg: Pra Hipertensi
- 140 – 159 mmHg: Hipertensi derajat 1
- > 160 mmHg : Hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik :
- < 79 mmHg : Normal
- 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensi
- 90 – 99 mmHg : Hipertensi derajat 1
- > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2


Pulse (Nadi)
18 - 29 tahun: 70 - 77 dn/menit30 - 39 tahun: 72 - 79 dn/menit40 - 49 tahun: 74 - 81 dn/menitdi atas 50 tahun: 76 - 83 dn/menit

atau
Dewasa : 60 – 100 x/i
Anak-anak (2 – 8 Thn) : 60 – 140 x/i
Bayi : 85 – 200 x/i

Cara menghitung yang cepat yaitu hitung selama 6 detik kemudian dikalikan 10.
Tachicardia : > 100 X/I
Bradicardia : < 60 x/I

7 tempat untuk merasakan denyut nadi :
1. Frontalis : Ubun-ubun kepala (Pada bayi biasanya)
2. Temporalis : Pelipis
3. Karotis : Leher
4. Brachialis : Pergelangan lengan
5. Radialis : Pergelangan tangan
6. Femoralis : Lipatan paga
7. Dorsalis Pedis : Kaki (Pergelangan dekat mata kaki)

Respirasi Rate (RR)/Pernapasan
Dewasa : 12 – 20 x/i
Anak-anak (2 – 8 Thn) : 15 – 30 x/i
Bayi : 30 – 50 x/i

Takipnoe : > 20 x/I
Bradipnoe : < 12 x/I
Apnoe : Tidak bernapas

Temperature (Suhu)
36,5°C – 37,2°C


Tingkat kesadaran ada lima (5)
Compos mentis / Biasa
Kesadaran Apatis / delirium / status konfusional

Menunjukan keadaan terjaga penuh tetapi terjadi kebingungan, penderita merasa bingung akan kejadian dimasa lalu dan sekarang, agitasi dan sering kali tidak mampu mengartikan dan memahami secara tepat.
Kesadaran Somnolen
Sadar jika dipanggil
Kesadaran Stupor
Kesadaran tidak responsive yang dalam, dimana penderita terbangun hanya jika diguncang secara berulang, dengan suara yang keras, dicubit, ditusuk dengan jarum atau dirangsang dengan rangsangan yang serupa.
Kesadaran Coma
Tidak terbangun walaupun dirangsang dengan nyeri.

Penilaian Tingkat Kesadaran
AVPU:
Alert : Kategori Tingkat Kesadaran
Verbal : Respon kata-kata
Paint : Respon Nyeri
Unresponsible : Berespon atau tidak

Atau

Glasgow Coma Scale (GCS)
Respon Eye
Spontan –> 4Rangsang suara –> 3Rangsang nyeri –> 2Tidak ada Respon –> 1
Respon Motorik
Melakukan perintah dgn benar –> 6Mengenal nyeri lokal, tetapi tidak melakukan perintah dengan benar –> 5Menarik diri dari rangsang nyeri dengan tangan fleksi –> 4Fleksi tidak normal –> 3Ekstensi tidak normal –> 2Tidak ada respon –> 1
Respon Verbal
Respon verbal tepat –> 5Percakapan membingunkan –> 4Kata-kata membentuk respon yang tidak tepat –> 3Respon suara tidak bermakna –>2No response –>1
Jumlah nilai 15 –> kesadaran komposmentis
< 7 berarti kesadaran koma.

Menghitung tetesan infuse permenit :
Tetesan infuse permenit =
Jumlah cairan x Faktor drops (tetes) / Berapa lama cairan harus habis x 60 menit (jam)
Contoh kasus
Dokter meresepkan kebutuhan cairan Nacl 0,9 % pada Tn A 1000 ml/12 jam. faktor drops (tetes) 15 tetes/1 ml. berapa tetes per menit cairan tersebut diberikan?
Strategi menjawab kasus
Ketahui jumlah cairan yang akan diberikan
konversi jam ke menit (1 jam = 60 menit)
masukkan kedalam rumus (Jumlah cairan yang dibutuhkan dikali dengan faktor drips, lalu dibagi dengan lamanya pemberian)
Jadi jawabannya adalah (1000 x 15)/(12 x 60) = 15.000/720 = 20.86 dibulatkan jadi 21
Cairan tersebut harus diberikan 21 tetes/menit.

Rumus pemberian obat
Rumus pemberian obat = Jumlah permintaan x Aplusan / Jumlah persediaan obat

Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Massa Index (BMI) / Berat Badan Ideal
Digunakan pada umur 18+Menurut FAO dan WHO:
1. Batas IMT untuk laki-laki normal 20,1-25,0
2. Batas IMT untuk perempuan normal 18,7-23,9
IMT= Berat Badan / (Tinggi Badan* tinggi badan [m])
Range IMT :
1. Kurus [Berat] < 17,02. Kurus [Ringan] 17,0-18,43. Normal 18,5-25,04. Gemuk[Ringan] 25,1-27,05. Gemuk[Berat] 27<